اِنَّمَا جُعِلَ السَّبْتُ عَلَى الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِۗ وَاِنَّ رَبَّكَ لَيَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ 124
Tafsir Kemenag
Dalam ayat ini, Allah swt mengecam orang Yahudi karena mereka berselisih tentang kedudukan hari Sabtu. Hari Sabtu adalah hari jatuhnya murka Allah kepada sebagian Bani Israil karena kedurhakaan mereka melanggar kewajiban pada hari itu, seperti diterangkan Allah swt:
Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!" (al-Baqarah/2: 65)
Allah swt mewajibkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan ibadah pada hari Sabtu serta melarang mereka dan hewan-hewan mereka melakukan pekerjaan lain. Akan tetapi, sebagian mereka tidak menaati larangan Allah dan mencari-cari jalan untuk membenarkan perbuatan mereka pada hari itu. Karena mereka menghalalkan yang haram, jatuhlah azab Tuhan dengan mengubah mereka menjadi seperti kera.
Ketetapan hari Sabtu sebagai hari mulia dan untuk ibadah bukanlah warisan dari syariat Nabi Ibrahim, tetapi ketentuan syariat Nabi Musa, sebagaimana hari Ahad bagi syariat Nabi Isa dan hari Jumat bagi syariat Nabi Muhammad saw.
Allah menyesatkan orang-orang sebelum kita dari hari Jumat, maka untuk orang Yahudi hari Sabtu dan untuk orang Nasrani hari Ahad, maka datanglah Allah kepada kita yang diberi-Nya kita petunjuk untuk hari Jumat lalu Allah menjadikan hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan demikianlah mereka menjadi pengikut kita pada hari kiamat. Kitalah orang yang terakhir dari penghuni dunia tapi orang pertama pada hari kiamat dan diadili di antara mereka sebelum makhluk-makhluk lain diadili. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah dan hudzaifah)
Keterangan hari-hari mulia itu tidak merupakan masalah pokok dari syariat yang diturunkan Allah kepada para nabi, tetapi termasuk masalah furuiyah (cabang). Masing-masing mereka mempunyai ketentuan sendiri. Nabi Muhammad saw tidaklah diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa a.s., tetapi beliau diperintahkan mengikuti Nabi Ibrahim a.s.
Perselisihan di antara golongan dalam agama Yahudi tidak dapat diselesaikan antara mereka sendiri, karena sudah mengakar dan meluas. Hanya Allah swt yang menentukan keputusan di antara mereka pada hari kiamat kelak, tentang masalah-masalah yang mereka perselisihkan.
Sumber: Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia