اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا20
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.”
Tafsir Kemenag
Kemudian para penghuni gua itu memperingatkan Tamlikha jika sampai penduduk kota itu, yang menurut perkiraannya masih orang-orang kafir, mengetahui tempat persembunyian mereka, mereka tentu akan dipaksa untuk mengikuti agama berhala. Jika mereka menolak, tentu akan dibunuh dengan lemparan batu, cara pembunuhan pada masa dahulu bagi mereka yang berani melawan kebijakan politik raja atau agama negara. Kota yang akan didatangi itu ialah kota Ephesus dan rajanya menurut persangkaan mereka masih Decyanus yang zalim itu. Padahal raja itu sudah tidak ada karena dia berkuasa pada tiga abad yang silam. Jika mereka dipaksa kembali untuk memeluk agama Decyanus itu, mereka tidak akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan untuk selama-lamanya, baik dalam kehidupan duniawi ataupun ukhrawi. Jiwa orang yang menganut suatu agama karena dipaksa, pada mulanya, akan menolak segala ketentuan-ketentuan dari agama itu. Akan tetapi, lama-kelamaan kemungkinan besar jiwanya tidak akan menolak dan seterusnya memandang baik agamanya yang baru itu. Jika terjadi hal yang demikian, dia akan sesat dan sengsara untuk selama-lamanya. Akan tetapi, bilamana seseorang dipaksa dengan ancaman untuk pindah kepada kekafiran, lalu dia menunjukkan kekafiran, tetapi batinnya tetap Islam, dan sampai akhir hayatnya tidak pernah memandang baik agama yang dipaksakan itu, maka dia tetap dalam Islam.
Sumber: Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia